Home » » KECERDASAN SPIRITUAL

KECERDASAN SPIRITUAL

A. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Istilah spiritual berasal dari bahasa latin yang berarti sesuatu yang memberikan kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem. Spiritualitas juga dipandang sebagai peningkatan kualitas hidup, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berorganisasi.
Menurut Zohar dan Marshall, penerjemah Helmy Mustofa (2005:25): (1) Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita gunakan untuk membuat kebaikan, kebenaran,keindahan, dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari, keluarga, organisasi, dan institusi. (2) Kecerdasan spiritual adalah cara kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi itu dalam proses berpikir dan pengambilan keputusan.
Zohar dan Marshall yang dikutip oleh Abdul Wahib Hasan (2006:63) menyatakan dengan kalimat: “By SQ, I mean the intelligence with which we address and solve problems of meaning and value, the intelligence with which we can place our actions and our lives in a wider, richer, meaning and-giving context, the intelligence with we can assess that one course of action or one life-path is more meaningful than other.”
Pendapat ini sejalan dengan Abdul wahid Hasan (2006:27) yang mengemukakan bahwa: “Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang digunakan untuk menyelesaikan permasahan hidup yang dihadapi, manusia dituntut untuk kreatif mengubah penderitaan menjadi semangat (motivasi) hidup yang tinggi sehingga penderitaan berubah menjadi kebahagiaan hidup. Manusia harus mampu menemukan makna kehidupannya”.

Selanjutnya menurut Marsha Sinetar (2001:9) menyatakan: kecerdasan spiritual adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, dan efektivitas yang lebih baik.
Aribowo dan Irianto (2003:xiv) menyatakan: kecerdasan spiritual berarti kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti kita memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani.
Pendapat lain dari Prof David Spiegel dikutip oleh Abdul Wahid Hasan (2006:42): kecerdasan spiritual adalah pengingat yang lembut bahwa menjadi spiritual itu cerdas. Kemudian pendapat Tanis Helliwell yang dikutip oleh Abdul Wahid (2006:41): bahwa dengan memiliki SQ (spiritual quotient), tingkat kesuksesan hidup seseorang dapat meningkat. Pendapat ini sejalan dengan Sukidi (2004:49) yang menyatakan, kecerdasan spiritual dapat menimbulkan gagasan, energi, nilai, visi dan dorongan sehingga kehidupan seseorang dapat lebih baik. Richard A. Bowell (2006:18) menyatakan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang digunakan untuk mengembangkan tingkat diri dalam mencapai kesuksesan, kesejahteraan dan menjadi lebih kreatif dalam hidup.
Melengkapi pembahasan pengertian tentang kecerdasan spiritual menurut Ary Ginanjar Agustian (2004:57), kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemiran tauhidi (integralistik) serta berprinsip karena Allah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki setiap manusia untuk dapat memberikan makna, nilai dan tujuan dalam hidupnya serta meningkatkan motivasi dalam bekerja sehingga selalu bersemangat karena didasarkan bekerja bukanlah keterpaksaan melainkan suatu ibadah.
B. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual
Ciri-ciri kecerdasan spiritual secara umum menurut Zohar dan Marshall (2005:137):
  1. Kesadaran Diri. Kesadaran bahwa saya, atau organisasi tempat saya bergabung, pertama-tama mempunyai pusat internal, memberi makna dan autentisitas pada proyek dan kegiatan saya.
  2. Spontanitas. Istilah spontaneity berasal dari akar kata bahasa Latin yang sama dengan istilah response dan responsibility. Menjadi sangat spontan berarti sangat responsive terhadap momen, dan kemudian rela dan sanggup untuk bertanggung jawab terhadapnya.
  3. Terbimbing oleh visi dan nilai.Terbimbing oleh visi dan nilai berarti bersikap idealistis, tidak egoistis, dan berdedikasi.
  4. Holistik. Holistik adalah satu kemampuan untuk melihat satu permasalahan dari setiap sisi dan melihat bahwa setiap persoalan punya setidaknya dua sisi, dan biasanya lebih.
  5. Kepedulian. Kepedulian merupakan sebuah kualitas dari empati yang mendalam, bukan hanya mengetahui perasaan orang lain, tetapi juga ikut merasakan apa yang mereka rasakan.
  6. Merayakan Keberagaman. Menghargai orang lain dan pendapat-pendapat yang bertentangan atas dasar perbedaan bukannya meremehkan perbedaan-perbedaan itu.
  7. Independensi Terhadap Lingkungan. Independensi terhadap lingkungan berarti teguh, terfokus, tabah, berpikiran independent, kritis terhadap diri sendiri, berdedikasi, dan berkomitmen.
  8. Bertanya “Mengapa” Keingintahuan yang aktif dan kecendurungan untuk mengajukan pertanyaan “mengapa” yang fundamental sangat penting bagi segala macam kegiatan ilmiah, yang merupakan semangat dan motivasi untuk meneliti secara terus menerus.
  9. Membingkai Ulang. Orang atau organisasi yang bisa membingkai ulang akan lebih visioner, sanggup merealisasikan masa depan yang belum ada. Mereka terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan.
  10. Pemanfaatan Positif atas Kemalangan. Orang yang mengambil manfaat atas kemalangan, mereka setia pada proyek atau sebuah ide dan memperjuangkannya, tidak peduli betapa sulit dan menderitanya perjuangan itu.
  11. Rendah Hati. Orang yang rendah hati tidak mementingkan ego, mereka menyadari keberhasilan yang dicapai banyak bersandar pada prestasi orang lain dan pada anugerah dan keberuntungan yang telah dicurahkan.
  12. Rasa Keterpanggilan. Rasa keterpanggilan adalah pasangan aktif dari memiliki visi dan mewujudkan visi tersebut.
Menurut Abdul Wahid (2006:69-71) beberapa ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual:
  1. Memiliki prinsip dan pegangan hidup yang jelas dan kuat yang berpijak pada kebenaran universal baik berupa kasih sayang, keadilan, kejujuran, toleransi, integritas dan lain-lain. Semua itu menjadi bagian terpenting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan. Dengan prinsip hidup yang kuat, ia menjadi orang yang betul-betul merdeka dan tidak diperbudak oleh siapapun.
  2. Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan dan memiliki kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. Berbagai penderitaan, halangan, rintangan, dan tantangan yang hadir dalam kehidupan dihadapi dengan senyuman dan keteguhan hati, karena itu semua adalah bagian dari proses menuju kematangan kepribadian secara umum, baik moral dan spiritual.
  3. Mampu memaknai pekerjaan dan aktivitasnya dalam kerangka dan bingkai yang lebih luas dan bermakna. Sebagai apapun profesinya, sebagai presiden, menteri, dokter, dosen, bahkan nelayan, petani, buruh, atau tukang reparasi mobil, sepeda motor hingga tukang tambal ban, tukang sapu dan lain-lain, ia akan memaknai semua aktifitas yang dijalani dengan makna yang luas dan dalam. Dengan motivasi yang luhur dna suci.
  4. Memiliki kesadaran diri (self-awareness) yang tinggi. Apapun yang dilakukan, dilakukan dengan penuh kesadaran.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah orang yang dalam hidupnya bersikap jujur, penuh energi, memiliki motivasi yang tinggi, spontan, tidak penuh curiga, terbuka menerima hal-hal baru, senang belajar, mudah memaafkan, tidak mendendam, berani mencoba hal-hal baru serta tidak mudah putus asa jika mengalami atau menghadapi kegagalan dalam kehidupan berkeluarga dan berorganisasi.
C. Cara-cara Meningkatkan Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar dan Marshall (2002:231) tujuh langkah praktis mendapatkan kecerdasan spiritual lebih baik:
  1. Menyadari di mana saya sekarang.
  2. Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah.
  3. Merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya yang paling dalam.
  4. Menemukan dan mengatasi rintangan.
  5. Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju.
  6. Menetapkan hati saya pada sebuah jalan.
  7. Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.
Pendapat ini sejalan dengan Prof. Dr. Khalil Khavari dikutip Abdul Wahid (2006:85-91) adalah sebagai berikut:
  1. Mulailah dengan banyak merenungkan secara mendalam persoalan-persoalan hidup yang terbaik, baik di dalam diri sendiri, termasuk yang terjadi di luar diri sendiri. Perenungan bisa dilakukan di tempat-tempat sunyi sehingga lebih memungkinkan kepada otak untuk bekerja secara efektif dan maksimal.
  2. Melihat kenyataan-kenyataan hidup secara utuh dan menyeluruh. Adapun yang dialami baik kesedihan dan penderitaan haruslah diletakkan dalam bingkai yang lebih bermakna. Dengan demikian jika datang penderitaan. Kita akan melewati dengan ketenangan dan kesebaran.
  3. Mengenali motif diri, motif atau tujuan yang kuat akan memiliki implikasi yang kuat bagi seseorang dalam mengarungi kehidupan, sebab motif merupakan energi yang sangat luar biasa yang menggerakkan potensi diri.
Empat langkah mengasah kecerdasan spiritual menurut sukidi (2004:99) adalah:
  1. Kenalilah Diri Anda. Orang yang sudah tidak bisa mengenal dirinya sendiri akan mengalami krisis makna hidup maupun krisis spiritual. Karenanya, mengenali diri sendiri adalah syarat pertama untuk meningkatkan spiritual quotient.
  2. Lakukan Intropeksi Diri. Dalam istilah kagamaan dikenal sebagai upaya ‘pertobatan’, ajukan pertanyaan pada diri sendiri, “sudahkah perjalanan hidup dan karier saya berjalan atau berada di rel yang bena?”. Barangkali saat kita melakukan intropeksi, kita menemukan bahwa selama ini telah melakukan kesalahan, kecurangan, atau kemunafikan terhadap orang lain.
  3. Aktifkan Hati Secara Rutin. Dalam konteks beragama adalah mengingat Tuhan. Karena, Dia adalah sumber kebenaran tertinggi dan kepada Dia-lah kit akembali. Dengan mengingat Tuhan, maka kita menjadi damai. Hal ini membuktikan kenapa banyak orang yang mencoba mengingat Tuhan melalui cara berzikir, tafakur, sholat tahajud, kontemplasi di tempat sunyi, bermeditasi, dan lain sebagainya.
  4. Menemukan Keharmonisan dan Ketenangan Hidup. Kita tidak menjadi manusia yang rakus akan materi, tapi dapat merasakan kepuasan tertinggi berupa kedamaian dalam hati dan jiwa, hingga kita mencapai keseimbangan dalam hidup dan merasakan kebahagian spiritual.
Menurut Tony Buzan (2003:47) beberapa cara mengambangkan kecerdasan spiritual yaitu:
  1. Seseorang harus memahami dirinya sendiri, mengenai bakat, potensi, kemampuan istimewa yang dimilikinya. Sehingga akan memiliki semangat serta motivasi yang tinggi.
  2. Setelah memahami dirinya, kemudian dia harus mengembangkan pemahamannya terhadap orang lain. Pemahaman terhadap bakat, potensi, keunikan orang lain sehingga menimbulkan rasa takjub terhadap orang lain.
  3. Mengembangkan kesadaran keterhubungan terhadap keluarga, masyarakat dan kehidupan organisasi.
Menurut Abdul Wahid Hasan (2006:85-91) beberapa langkah meningkatkan kecerdasan spiritual sebagai berikut:
  1. Mulai dengan banyak merenungkan secara mendalam persoalan-persoalan hidup yang terjadi, baik di dalam diri sendiri, termasuk di luar diri sendiri.
  2. Melihat kenyataan-kenyataan hidup secara utuh dan menyeluruh, tidak terpisah.
  3. Mengenali motif diri. Motif atau tujuan (niat)yang kuat akan memiliki implikasi yang kuat pula bagi seseorang dalam mengarungi kehidupan.
  4. Merefleksikan dan mengaktualisasikan spiritualitas dalam penghayatan hidup yang konkrit dan nyata.
  5. Merasakan kehadiran yang begiru dekat, saat berzikir, berdoa dan dalam aktivitas yang lain.
Menurut Sukidi (2004:87-97) untuk mempertajam kecerdasan spiritual yang dalam enam kategori dapat dilakukan sebagai berikut:
  1. Kategori Agamawan. Jika kita agamawan, apa pun agama kita, dan apa pun jabatan kita dalam lembaga keagamaan, kecerdasan spiritual dapat ditajamkan melalui penghayatan segi-segi spiritualitas dalam agama.
  2. Kategori Aktivis. Jika kita seorang aktivis, baik aktivis social, LSM, aktivis keagamaan, aktivis politik, aktivis mahasiswa, sampai aktivis demonstran, kecerdaan spiritual dapat ditumbuhkan dan sekaligus ditajamkan dengan pertama-tama berangkat dari “ketulusan niat suci” dan “hati yang tulus” untuk melakukan kritik sosial, keagamaan dan politik.
  3. Kategori Pengusaha. Seorang pengusaha dapat meningkatkan kecerdasan spiritual dengan selalu bersikap jujur, keterbukaan, pengatahuan diri serta focus pada kontribusi.
  4. Kategori Pendidik. Pendidikan spiritualitas yang dapat menajamkan kualitas kecerdasan spiritual, baik terhadap diri kita sebagai pendidik maupun peserta didik, adalah nilai-nilai spiritualitas itu sendiri yang diobjektivikasi ke dalam pendidikan kita. Nilai-nilai dimaksud adalah kujujuran, keadilan, kebajikan, kebersamaan, kesetiakawanan social dan seterusnya. Nilai-nilai itu harus diinternalisasikan dalam diri peserta didik sejak usia dini. Sebagai pendidik yang juga ingin meraih kualitas kecerdasan spiritual yang lebih tinggi, kita bisa memperoleh kecerdasan spiritual itu melalui sikap keteladanan dalam megajarkan pendidikan spiritualitas.
  5. Kategori Politik. Jika di antara kita tergabung dalam “masyarakat politik” (political society), mulai dari jajaran pengamat, pakar, wakil rakyat, pemegang pemerintahan, sampai level lurah dan ketua RT, kecerdasan spiritual dapat ditajamkan dengan menjadikan “jabatan politik” sebagai amanat suci Tuhan” dan “amanat rakyat” sehingga kita melaksanakan segala sesuatu penuh dengan kejujuran dan motivasi yang tinggi.
  6. Kategori Lain. Jika di antara kita berada di luar kategori-kategori di atas, kecerdasan spiritual dapat kita tajamkan dan kita efektifkan dengan senantiasa berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan, seperti kejujuran, rendah hati, bertanggung jawab, tidak mudah putus asa, memiliki motivasi yang tinggi dan lain-lain.
D. Manfaat Kecerdasan Spiritual
Menurut Sukidi (2004:28-29) manfaat kecerdasan spiritual ditinjau dari dua sisi:
  1. Kecerdasan spiritual mengambil metode vertikal, bagaimana kecerdasan spiritual bisa mendidik hati kita untuk menjalin hubungna atas kehadirat Tuhan. Dengan berzikir atau berdoa menjadikan diri lebih tenang.
  2. Kecerdasan spiritual mengambil metode horizontal, dimana kecerdasan spiritual mendidik hati kita di dalam budi pekerti yangbaik. Di tengah arus demoralisasi perilaku manusia akhir-akhir ini, seperti sikap destruktif dan masifikasi kekerasan secara kolektif, kecerdasan spiritual tidak saja efektif untuk mengobati perilaku manusia yang destruktif seperti itu, tetapi juga menjadi petunjuk (guidance) manusia untuk menapaki hidup secara baik dan sopan.
Dari manfaat kecerdasan spiritual tersebut dapatlah dirinci sabagai berikut:
  1. Menjadi lebih bijaksana.
  2. Memiliki motivasi kerja yang tinggi.
  3. Memiliki tanggung jawab yang baik.
  4. Memiliki rasa keadilan dan tidak egois.
  5. Memiliki kedisiplinan yang baik.
  6. Bersifat integritas.

Daftar Bacaan
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi V). Jakarta: Rineka Cipta.
Bowell, Richard. (2006). The 7 Steps of Spiritual Quotient. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Buzan, Tony. (2003). Sepuluh Cara Jadi Orang Yang Cerdas Spiritual. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Urttama.
Basukiyatno. (2005). Pembinaan Kecerdasan Spiritual di Pondok Pesantren Suryalay Tasikmalaya. (Disertasi). Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
Ginanjar, Ary. (2004). Emotional Spiritual Question. Jakarta: Arga.
Hasan, A.W. (2006). SQ Nabi Apikasi Strategi & Model Kecerdasan Spiritual Rasullah di Masa kini. Yogyakarta: IRCiSoD
Prijosaksono, A dan Erningpraja, I. (2003). Enrich Your Life Everyday Renungan dan Kebiasaan menuju Kecerdasan Spiritual. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sukidi. (2004). Kecerdasan Spiritual Mengapa SQ Lebih Penting Daripada IQ dan EQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Zohar, D dan Marshall, I. (2002). SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual. Bandung: Mizan.
Zohar, D dan Marshall, I. (2005). SC Memberdayaan SQ di Dunia Bisnis. Bandung: Mizan.

0 komentar:

Posting Komentar