Mengapa Doa Kita Tidak Diterima?

Kualitas manusia jangan hanya dilihat dari sudut fisik, tapi hendaknya juga dilihat dari sudut jiwanya atau hatinya. Al Qur’an sangat menekankan pensucian jiwa (tazkiyyat an nafs) dan menghidupkan hati (hudur al qalb). Perbuatan manusia hanya bermakna jika disertai kesadaran hati, oleh karena itu Allah hanya menilai perbuatan manusia yang berpijak pada  kesadaran hati. Demikian juga doa kepada Allah, yang didengar bukan bunyi kata-kata, tetapi kesadaran hati orang yang berdoa. Menurut Hadis Riwayat Tirmizi, Allah tidak mendengarkan dan tidak mengabulkan doa dari orang yang hatinya lalai (min qalbi ghafilin lahin).

 Syahdan, Ibrahim bin Adham, seorang ulama besar abad pertengahan suatu hari berjalan di tengah pasar kota Basrah, Irak. Melihat ulama besar kharismatis yang langka itu, penduduk Basrah tidak menyia-nyiakan kesempatan baik itu, untuk bertanya. Ketika itu masyarakat Basrah sedang dilanda kemelut sosial yang sangat melelahkan, dan solusi tak kunjung ditemukan, bahkan doapun  terasa tidak membantu memperbaiki keadaan. Penduduk Basrah pun mengadu kepada ulama  tersebut.